Papua – 18 September 2025, Tokoh Muslim Papua, Ustadz Ismail Aso, mengimbau masyarakat untuk tidak mencampuradukkan agama dengan politik praktis pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pemilihan Gubernur Papua. Ia menegaskan, agama bersifat transendental dan tidak boleh diseret dalam kepentingan duniawi yang bersifat politis.
“Agama harus dipisahkan dari politik. Ketika agama dijadikan alat dalam politik praktis, maka yang muncul hanyalah sentimen, kebencian, dan konflik horizontal,” ujar Ismail Aso dalam pernyataannya, Rabu (17/9).
Menurutnya, demokrasi adalah proses yang wajar, di mana selalu ada pihak yang menang dan pihak yang kalah. Karena itu, masyarakat diminta menahan diri dan menghormati perbedaan pilihan politik. Ia menegaskan bahwa siapapun pemimpin yang terpilih tetap merupakan putra terbaik Papua dan harus didukung untuk membangun daerah.
Ismail juga menekankan pentingnya rasionalitas dan toleransi. Ia mengingatkan bahwa upaya menyeret simbol-simbol agama ke dalam politik hanya akan memperdalam polarisasi di tengah masyarakat.
“Agama itu hubungan vertikal manusia dengan Tuhan, sementara politik adalah urusan duniawi. Jika keduanya dipaksakan bercampur, yang muncul hanya kerusakan sosial,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, ia memberikan selamat kepada Mathius Derek Fakhiri (MDF) yang ditetapkan sebagai pemenang Pilgub Papua oleh MK. Ismail berharap MDF mampu merangkul seluruh elemen masyarakat, termasuk rival politiknya, untuk bersama-sama membangun Papua yang lebih demokratis, aman, dan sejahtera.
“Kompetitor bukanlah musuh, melainkan saudara yang ikut membangun demokrasi. Kita harus belajar dari proses ini untuk melangkah ke depan,” pungkasnya.(rd)