Papua – Tokoh Agama Papua, KH Abdul Kahar Yelipele menghimbau agar masyarakat yang ada di tanah Papua untuk menerima dengan hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah memutuskan Pasangan Terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua terpilih.
Ia menyampaikan bahwa demokrasi yang dapat berdiri di atas sikap rakyat dalam menerima setiap putusan hukum, apapun hasilnya.
“Putusan MK adalah keputusan tertinggi dalam sistem hukum kita, dan sebagai umat beriman, kita percaya bahwa takdir Allah selalu hadir dalam setiap peristiwa. Jabatan adalah ujian, dan siapa pun yang terpilih adalah bagian dari ketentuan Tuhan yang tidak bisa ditolak,” ucapnya. Tokoh agama itu juga mengingatkan bahwa perbedaan pilihan politik adalah hal lumrah dalam berdemokrasi.
“Saudaraku sekalian, suasana Demokrasi yang kita lewati melalui keputusan hukum yang ditetapkan, semua pihak wajib kembali bersatu padu, persaudaraan jauh lebih berharga daripada perdebatan politik yang tidak ada ujungnya. Papua tidak boleh dijadikan panggung pertikaian, melainkan harus menjadi tanah persaudaraan yang utuh,” terangnya.
Ia menyampaikan keprihatinan bila masih ada kelompok yang menolak hasil pemilu, karena hal itu hanya akan menghambat pembangunan Papua.
“Kita malu jika provinsi induk ini terus ribut, sementara provinsi lain sudah menikmati hasil pembangunan. Pasangan terpilih adalah anak bangsa yang dipilih melalui mekanisme demokrasi, maka suara rakyat itu harus kita hormati,” ucap kahar.
Pesannya, untuk mengajak semua tokoh dan calon yang belum berhasil untuk memberi teladan besar kepada masyarakat dengan menenangkan pendukungnya, bukan menciptakan keresahan ditengah masyarakat.
“Kepada Paslon yang belum berkesempatan menang, saya mohon dengan hormat agar bisa menyerukan ketenangan kepada tim dan relawan. Ingat, ini adalah ujian kesabaran dari Tuhan,” ucapnya.
Dirinya berharap dan berdoa agar seluruh rakyat Papua dapat menatap masa depan bersama-sama dalam persatuan dan kedamaian.
“Mari kita sambut keputusan MK dengan hati yang bersih. Jangan ada politik identitas yang merusak persaudaraan. Hidup berbangsa tidak hanya lima tahun, tetapi akan berlangsung ribuan tahun ke depan. Mari kita jaga Papua tetap aman, rukun, dan sejahtera. Papua adalah tanah persaudaraan kita, dan persaudaraan adalah harga mati.”tutupnya.(rd)