Papua – Sejumlah tokoh adat dan masyarakat di Papua Barat Daya mengimbau warga agar tidak mudah terprovokasi isu maupun ajakan yang berpotensi mengganggu keamanan. Seruan ini disampaikan menyusul pemindahan empat tahanan kasus makar dari Sorong ke Makassar.
Tokoh adat Aitinyo Raya, Kabupaten Maybrat, yang juga anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat Daya, Demak Siji, menegaskan pentingnya menahan diri serta tidak terlibat dalam aksi anarkis.
“Saya pesan kepada seluruh orang Maybrat, baik di Kabupaten Maybrat maupun di Sorong, agar jangan ikut mencampuri demo-demo. Banyak yang jadi korban bahkan ditahan, dan itu merugikan kita sendiri,” ujarnya.
Demak mengingatkan agar masyarakat mengutamakan masa depan generasi muda.
“Mari kita pikirkan masa depan anak-anak kita agar tetap aman, sehat, dan bisa bekerja untuk hidup yang lebih baik dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambahnya.
Senada, Kepala Suku Binasket Kabupaten Sorong, Moses Kaliele, mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi pihak-pihak tertentu.
“Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sorong untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang sengaja menciptakan keributan,” tegasnya.
Moses juga mengajak seluruh elemen masyarakat bersatu menjaga kedamaian.
“Saya berharap tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda bersama-sama menjaga wilayah kita agar tetap aman dan kondusif,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Moses Parebabo, Tokoh Masyarakat Biak Karon sekaligus Kepala Kampung Ruaf, Kabupaten Tambrauw.
“Saya mengajak masyarakat Biak Karon di Kabupaten Tambrauw agar tidak terpengaruh isu-isu negatif. Mari kita ciptakan Tambrauw yang aman dan kondusif demi kepentingan bersama,” katanya.
Para tokoh Papua Barat Daya sepakat bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) merupakan tanggung jawab bersama. Karena itu, dibutuhkan kerja sama antara masyarakat, pemerintah daerah, serta aparat keamanan untuk memastikan kedamaian tetap terjaga di Papua.(rd)